News Update :

Samarinda Disebut Tak Nyaman, Wali Kota Tak Terima Curiga Berkaitan Momen Pilkada

Written By Babarobi on Minggu, 04 Februari 2018 | 23.47

Predikat tak layak huni yang dilekatkan pada Samarinda melalui survei Kementerian Agraria membuat Wali Kota Syaharie Jaang tak terima. Pencapaian Kota Tepian sejauh ini diklaimnya sudah baik. Tak ada keluhan berarti dari masyarakat mengenai fasilitas publik. Karena itu, dia mengaku bingung dengan survei tersebut.
“Masyarakat Samarinda ‘hepi-hepi’ saja. Dasarnya mereka katakan Samarinda tak nyaman atau layak huni apa?” ujar Jaang saat ditemui di sebuah rumah makan di kawasan Jalan MT Haryono, Balikpapan, Sabtu (3/2) sore.
Menyangkut dampak hasil survei, Jaang mengatakan belum menerima bentuk respons apapun. Itu menjadi gambaran Samarinda tidak akan terlalu memikirkan predikat tak nyaman. Sebab, sekali lagi, dia mempertanyakan akurasi survei tersebut. Bagaimanapun, sebagai ibu kota provinsi, Samarinda disebut telah berbenah di bawah kepemimpinannya.
“Saya pikir Samarinda tak akan membela diri ya. Selama saya menjabat, jalan lingkungan tak ada yang tak bagus di sana (Samarinda),” bela wali kota yang sedang menjalani jabatan periode keduanya itu.
Selain fasilitas di kawasan penduduk, dia menyebut, prestasi Samarinda yang sudah memiliki sejumlah taman. Tak kalah dengan Balikpapan, taman digunakan warga sebagai area ruang terbuka hijau. Bisa meningkatkan estetika dan destinasi warga untuk bersantai.
“Kami punya taman. Kami juga punya jembatan yang baru diresmikan (Mahkota II) dengan lampunya yang mirip di Korea. Luar biasa bagusnya dan keamanannya ditunjang dengan menggunakan teknisi asing,” ucapnya.
Jaang juga bingung lantaran dengan predikat tidak nyaman, seharusnya kunjungan wisata di Samarinda menurun. Namun, dia mengklaim, setiap tahun wisatawan selalu membanjiri Kota Tepian. Karena memang Samarinda merupakan kota yang mengandalkan sektor perhotelan dan restoran.
“Sangat tinggi,” sebutnya. “Pokoknya sangat tinggi. Menyumbang 30 persen dari total APBB kami,” tegasnya lagi ketika ditanya soal angka pasti.



KLAIM DILIRIK WISATAWAN: Jembatan Mahkota II di Samarinda punya daya tarik
Jaang malah curiga survei ini dikeluarkan dengan maksud tertentu yang berhubungan dengan Pilgub Kaltim 2018. Meski tak menyebut secara langsung, namun ketua DPD Demokrat Kaltim itu mengisyaratkan survei ini bisa mengganggu kredibilitasnya sebagai wali kota Samarinda. Sekaligus bisa menjadi alat kampanye yang bersifat negatif untuk pasangan calon lain.
“Dasar apa mereka katakan Samarinda tidak layak? Apalagi ini dimunculkan pada saat-saat seperti ini (Pilgub Kaltim 2018). Apakah ini salah satu bentuk itu, ya, saya kembalikan ke mereka. Apakah ada hubungannya atau tidak. Yang jelas kunjungan di Samarinda sangat bagus,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Samarinda berada di posisi tujuh dari sepuluh kota tak nyaman dihuni di Indonesia berdasarkan survei Kementerian Agraria. Aspek yang mendapat penilaian paling tinggi dari masyarakat yaitu ketersediaan pangan, tempat ibadah, air bersih, pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Sementara itu, aspek yang dinilai paling rendah adalah ketersediaan transportasi, keselamatan warga, pengelolaan air kotor dan drainase, fasilitas pejalan kaki, serta partisipasi masyarakat. Ini bisa menjadi gambaran bagi pemerintah mengenai aspek-aspek mana saja yang perlu ditingkatkan dan aspek yang sudah cukup berhasil di dalam kotanya.
Survei Most Livable City Index (MLCI) 2017 dari Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia, bahkan menyebut Samarinda termasuk kota yang konsisten sebagai bottom tier cities.    Namun, Sekretaris Kota Samarinda Sugeng Chairuddin menilai, jika tak nyaman, Samarinda sudah ditinggal penduduknya. Dan tak ada yang mau tinggal di Kota Tepian. “Parameternya harus jelas,” ucapnya Jumat (2/2). “Namun kalau belum laik, kami siap meningkatkan,” lanjutnya.
Berbeda dengan Samarinda, Balikpapan justru berada di urutan ketiga dari tujuh kota paling layak huni. Persentasenya tertinggi di area Kalimantan. “Kepadatan penduduk, latar belakang, dan gaya hidup antara Samarinda dan Balikpapan sangat kontras. Hal ini memengaruhi faktor kepuasan,” jelas Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Farid Nurrahman.
Warga Balikpapan juga lebih reaktif terhadap menyikapi persoalan kota. Misalnya, banjir di sejumlah titik ditanggapi dengan keras. Itu membuat Pemkot Balikpapan langsung bergerak mencari solusi. Berbeda dengan Samarinda, banjir dianggap hal yang biasa. “Meski berharap berubah, namun tidak ada yang bersuara,” ucapnya.
SURVEI WAKILI WARGA
Ketua IAP IndonesiaKaltim Jusuf DEA menyatakan, terdapat beberapa indikator untuk menentukan sebuah kota layak dihuni atau tidak. Yakni, ketercukupan pangan, fasilitas peribadatan, pengelolaan air bersih, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, transportasi, keselamatan kota, pengelolaan air kotor dan drainase, fasilitas pejalan kaki, dan informasi pembangunan, serta keterlibatan masyarakat.
Nah, Samarinda masuk salah satu kota paling tak nyaman untuk ditinggali, apakah parameter tersebut tak dimiliki oleh Kota Tepian? “Setiap kota punya karakternya masing-masing, baik Samarinda, Balikpapan, maupun Bontang. Jika hasilnya memang demikian, ya, harus berbenah,” ucapnya saat ditemui Kaltim Post dalam sebuah acara diskusi yang dihelat IAP Indonesia Kaltim, kemarin (3/2).
Menurut dia, pemimpin daerah itu harus paham dengan tata ruang. Sebab, rancangan tersebut boleh menjadi panglima dalam pembangunan. “Jangan sampai terbalik pembangunan menjadi mandek lantaran bermasalah dengan tata ruang,” katanya.
Sekretaris IAP Indonesia Kaltim Shahfuza Akbar menuturkan, jika Samarinda berada di bawah Balikpapan untuk urusan laik hidup, berarti ibu kota provinsi harus berbenah. Itu pun tak bisa dilakukan sendiri, harus bersama-sama. Sebab, ini menyangkut pembangunan Kaltim. Lantaran Benua Etam tak hanya Balikpapan, Samarinda, atau Bontang. Masih ada wilayah lain yang perlu diperhatikan, sehingga pembangunan tak terfokus dengan satu sektor. “Mudah-mudahan mencerahkan, sebab ada banyak masalah yang harus dibenahi,” tuturnya.
Dia menambahkan, momentum pilkada ini setidaknya melahirkan pemimpin yang benar-benar paham dengan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW). Jangan lagi ada kawasan yang tumpang tindih, misal digunakan untuk pertanian namun bisa juga untuk pertambangan. “Harus ada kejelasan,” katanya.
Shahfuza juga menyebut, sudah saatnya Kaltim berpindah dari tambang menuju sumber energi yang terbarukan. “Kaltim kaya, enggak hanya tambang, masih ada pariwisata dan pertanian,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua IAP Indonesia Kaltim Charmarijaty menjelaskan, hasil survei mereka murni opini masyarakat. Kuesioner diisi oleh warga kota secara online. Mereka diminta tanggapan soal kenyamanan, pemenuhan sarana dan prasarana dasar, hingga kelayakan air. “Dan bila Samarinda masuk dalam daftar kota yang tak nyaman ditinggali, maka itu adalah pendapat warga Samarinda sendiri,” terangnya.
Charmarijaty mengatakan, hasil tersebut berbanding lurus dengan keadaan di lapangan. Bisa dilihat dengan tumpang-tindih RTRW di Samarinda. Menurut dia, ada beberapa izin pertambangan berada di tengah-tengah kawasan permukiman warga.
“Coba deh ke pinggiran kota, bisa dilihat tambang batu bara yang dekat perumahan warga,” ujarnya. Bahkan, kata dia, hampir semua kawasan pinggiran Kota Tepian ada tambang batu bara. Padahal, setahu dia, kawasan pinggiran kota direncanakan untuk pengembangan kota dan daerah tangkapan air. “Tapi oleh Pemkot Samarinda diberi izin untuk pertambangan,” ujarnya.
Perempuan berjilbab itu yakin, RTRW Samarinda sudah ideal. Hanya, saat izin usaha pertambangan (IUP) diterbitkan tak mengacu pada tata ruang. Dengan begitu, bisa diambil kesimpulan, pihak yang membuat warga Samarinda tak nyaman dengan kotanya sendiri tak lain pemkotnya. Charmarijaty menerangkan, kerja sama berbagai pihak merumuskan penyelesaian masalah tata ruang sangat diperlukan.
Diwawancara terpisah, Plt Kabid Penataan Ruang Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) Kaltim Yuliastuti setuju dengan pernyataan Charmarijaty soal tumpang-tindih RTRW.
“Kini Pemprov Kaltim mendapat warisan masalah akibat penerbitan izin yang dulu diterbitkan, baik pemerintah pusat maupun kabupaten/kota. Begitu semua kewenangan diserahkan ke provinsi pada 2017, karut-marut pun terlihat,” ujarnya. Saat ini, Pemprov Kaltim sudah melaksanakan moratorium tambang. Yulia menuturkan, dengan adanya RTRW tersebut, pemprov bak mengurai benang kusut yang diserahkan kepada mereka. 

Penuh Drama dan Kejutan, Akhirnya 4 Paslon Berebut KT 1

Written By Babarobi on Selasa, 09 Januari 2018 | 00.06



Terungkap sudah nama-nama pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur Kaltim periode 2018-2023.
Dipastikan pesta demokrasi lima tahunan, Pilgub Kaltim ini akan diikuti empat bakal pasangan calon (paslon).
Koalisi PDI Perjuangan dan Partai Hanura resmi menetapkan pasangan Rusmadi Wongso-Safaruddin.
Sementara Partai Golkar dan Partai Nasdem mengusung Andi Sofyan Hasdam-Nusyirwan Ismail.
Dua paslon ini, menyusul dua paslon sebelumnya yang terlebih dulu disampaikan ke publik Kaltim, yakni Isran Noor-Hadi Mulyadi diusung koalisi PKS, PAN, dan Parta Gerindra, serta paslon Syaharie Jaang-Awang Ferdian Hidayat yang diusung Partai Demokrat, PKB, dan PPP.
Empat kandidat paslon yang bakal memperebutkan kursi KT-1 tersebut telah ditetapkan oleh partai-partai pengusung.
Dipastikan Pilgub Kaltim 2018 nanti akan bertarung sengit. Pasalnya masing-masing paslon memiliki basis massa dan parpol pendukung yang hampir sama kekuatannya.
Menjelang detik-detik terakhir penetapan paslon, masyarakat Kaltim pun sempat dibuat bingung. Melalui media sosial, muncul kabar nama paslon peserta Pilgub Kaltim yang terus berganti. Nama pasangan calon mengalami bongkar pasang menjelang masa pendaftaran di KPU.
Wartawan kami selalu mengikuti dinamika politik di Dewan Pengurus Pusat (DPP) partai politik yang bermarkas di Jakarta. Pengurus pusat partai masing-masing menggodok dan mempertimbangkan siapa figur yang layak dan pantas didorong dan dicalonkan di Pilgub Kaltim.
Hasilnya, semua keputusan ada ditangan DPP. Sebut saja DPP PDI-Perjuangan, sehari sebelum mengumumkan pasangan calon, berhembus kabar melalui pesan singkat menyebutkan nama Awang Ferdian Hidayat-Nusyirwan Ismail.
Namun, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri mengumumkan beberapa bakal calon gubernur dan wakil gubernur, Minggu (7/1) kemarin, muncul nama Irjen Pol Safaruddin. Publik pun masih tanda tanya, karena Safaruddin belum memiliki pasangan.
Menjelang malam, Tribun Kaltim menerima kabar, DPP PDI-P bakal mengusung pasangan Rusmadi Wongso yang saat ini menjabat Sekda Provinsi Kaltim dan Irjen Pol. Safaruddin.
Informasi yang dihimpun Tribun, DPP PDI-P memilih figur Rusmadi Wongso dan Safaruddin, karena memiliki visi untuk membangun kepentingan Kaltim dengan bersinergi program pemerintah pusat.
Selama melakukan sosialisasi atau pengenalan diri sebagai figur yang tampil maju di Pilgub Kaltim, keduanya memiliki popularitas yang terus meningkat. Keduanya dikenal dari latar belakang birokrat. Rusmadi tercatat sebagai Sekda Provinsi Kaltim sosok santun dan ramah. Sementara, Safaruddin yang pernah menjabat Kapolda Kaltim, dikenal tegas dalam bersikap.
Sekretaris DPD PDI-P Kaltim Ananda Emira Moeis saat dikonfirmasi mengatakan, politik itu dinamis. DPP PDI-P menugaskan Safaruddin dan Rusmadi Wongso.
"Kita sedang konsolidasi dengan partai koalisi (DPP Partai Hanura). Besok kami sudah ada di Kaltim sambil mempersiapkan beberapa dokumen dari DPP," kata Nanda -- sapaan akrab putri politisi senior Emir Moeis, kepada kami, Senin (8/1) sore.
Setelah menetapkan pasangan Rusmadi Wongso-Safaruddin segera mendaftarkan ke KPU Kaltim. "Rencanan jam 1 siang tanggal 10 Januari kita daftar ke KPU," ujarnya.
Ketua DPD Partai Hanura Kaltim Herwan Susanto juga membenarkan, partainya memilih bergabung PDI-P mengusung Rusmadi Wongso dan Safaruddin. Menurut dia, keputusan penetapan paslon kewenangan DPP melalui Ketua Tim Pilkada Pusat. "Keputusan sudah ada. Kita siap melaksanakan dan menjalankan perintah DPP untuk memenangkan pasangan yang kita usung," tegasnya.
Terkait batalnya Awang Ferdian Hidayat diusung PDI-P, dan memilih menerima pinangan dari Partai Demokrat berpasangan dengan Syaharie Jaang, Sekretaris DPD Partai Demokrat Kaltim Edy Russani mengatakan, perubahan politik jelang penetapan paslon sangat dinamis.
"Itulah politik. Pak Jaang dan Pak Ferdi daftar tanggal 10 jam 10 pagi," kata Edy kepada kami.
Begitu juga dengan Partai Golkar. Partai berlambang pohon beringin dikenal sudah cukup mapan. Namun konstelasi di internal membuat DPP Partai Golkar mengambil langkah keputusan yang tidak sejalan dengan pengurus partai tingkat kabupaten/kota.
Pasca Bupati Kukar (non aktif) ditahan KPK, pengurus DPD II Kabupaten/Kota menyatakan, mendukung Sofyan Hasdam berpasangan Makmur HAPK. Belakangan muncul nama figur lain, yakni Rusmadi Wongso dan Hetifah. Dua nama tersebut, sempat menjadi pembahasan bongkar pasangan seperti Sofyan Hasdam-Rusmadi dan Makmur HAPK-Hetifah.
Namun, lagi-lagi DPP Golkar memiliki kewenangan penuh. Alhasil, di luar dugaan, DPP memutuskan pasangan cagub dan cawagub Kaltim, Andi Sofyan Hasdam berpasangan dengan Nusyirwan Ismail. Nusyirwan merupakan Wakil Walikota Samarinda yang tercatat sebagai kader Partai Nasdem.
Penetapan pasangan Sofyan Hasdam-Nusyirwan Ismail, berdasarkan SK DPP Nomor : R-680/GOLKAR/I/2018 tentang persetujuan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kaltim. Surat dikeluarkan 8 Januari 2018 ditandatangani Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Sekretaris Idrus Marham.
Sekretaris DPD I Partai Golkar Kaltim Abdul Kadir dikonfirmasi membenarkan, Partai Golkar dan Nasdem sepakat mengusung Sofyan Hasdam dan Nusyirwan Ismail maju di Pilgub 2018.
"Insya Allah sudah fixed. Rencananya kita daftar Rabu besok. Sekarang, kita sedang menyusun dan menyiapkan dokumen kepartaian. Misalnya pendaftaran pasangan calon dan pendaftaran calon di KPU Kaltim," tutur Kadir, kepada kami, Senin (8/1/2018) sore yang sedang berada di Balikpapan.
Figur Sofyan Hasdam dikenal sebagai politisi Golkar yang pernah menjabat Walikota Bontang dua periode. Sementara, Nusyirwan Ismail, sosok berlatar mantan birokrat dan kini menjabat Wakil Walikota Samarinda. 
Daftar Pertama
Pasangan Isran Noor-Hadi Mulyadi yang diusung Gerindra, PKS dan PAN menjadi paslon pertama yang mendaftar ke KPU Kaltim, Senin (8/1). Kompak mengenakan baju putih keduanya tiba di Kantor KPU Kaltim sekitar pukul 09.05 WITA.
Dipilihnya tanggal 8 sebagai tanggal pendaftaran pasangan tersebut, tak lepas dari mitos keberuntungan untuk angka 8. Hal ini disampaikan Ketua DPW PAN Darlis Pattalongi. "Angka 8 adalah angka ideal. Insya Allah pasangan ini juga akan jadi pasangan ideal. Angka 8 menyimbolkan dua lingkaran yang tak pernah putus. Insya Allah pasangan ini jika terpilih nantinya tak akan putus hingga akhir masa jabatan," ucapnya.
Banyaknya massa yang ikut mendaftar dan menemani, baik dari relawan hingga timses, juga membuat ruas Jl Basuki Rachmat ditutup sementara, sejak pagi hingga siang ketika Isran Noor selesai melakukan pendaftaran.
Ditemui usai pendaftaran, Isran Noor ikut menjawab terkait berapa nominal dana kampanye yang akan ia siapkan. Dana kampanye yang disiapkan relatif. Bisa besar dan bisa pula kecil. "Relatif. Relatif itu bisa besar, bisa juga kecil," ucapnya.
Isran juga menyampaikan bahwa ada kemungkinan ia akan lakukan hal lain dalam mempopulerkan dirinya tersebut. Salah satunya seperti memberikan hadiah uang kepada finalis ajang musik di televisi. "Kalau memang ada peluang, kenapa tidak," ucapnya.
Isran Noor sempat menghebohkan dunia pertelevisian tanah air. Aksinya pernah memberikan hadiah uang tunai Rp 350 juta kepada finalis Indonesia Idol. Disebut Isran, hadiah itu merupakan sumbangan dari ratusan Bupati se Indonesia yang tergabung dalam Aptisi. 

Mau punya buku tamu seperti ini?
Klik disini

Pengurus DPC PAN Kec. Samarinda Ulu Periode Tahun 2010-2015

Categories

Pengikut

Daftar Blog Saya